Ihsan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ihsan (Arab: احسان; "kesempurnaan" atau "terbaik") adalah seseorang yang menyembah Allah
seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan
melihat-Nya, maka orang tersebut membayangkan bahwa sesungguhnya Allah
melihat perbuatannya.Ihsan adalah lawan dari isa'ah (berbuat kejelekan), yaitu seorang manusia mencurahkan kebaikan dan menahan diri untuk tidak mengganggu orang lain. Mencurahkan kebaikan kepada hamba-hamba Allah dengan harta, ilmu, kedudukan dan badannya.
Redaksi haditsnya
Hadits yang berkenaan tentang ihsan dikeluarkan di dalam Shahih Muslim dari Umar bin Khattab dan dua riwayat dari Abu Hurairah pada Shahihain. Bunyi teks berdasarkan hadist riwayat Muslim dari Abu Hurairah adalah:- Dari Abu Hurairah, ia berkata: "Pada suatu hari, Rasulullah saw muncul di antara kaum muslimin. Lalu datang seseorang dan berkata: 'Wahai rasulullah, apakah Iman itu?' Rasulullah SAW bersabda: 'Yaitu engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, para utusan-Nya, dan beriman kepada Hari Kebangkitan akhir'.
- Orang itu bertanya lagi: 'Wahai rasulullah, apakah Islam itu?' Rasulullah SAW bersabda: 'Islam, yaitu engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun, mendirikan salat fardhu, memberikan zakat wajib dan berpuasa di bulan Ramadhan'.
- Orang itu kembali bertanya: 'Wahai rasulullah, apakah Ihsan itu?' Rasulullah SAW bersabda: 'Yaitu engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak mampu melihat-Nya, maka ketahuilah bahwa Dia selalu melihatmu'.
- Orang itu bertanya lagi: 'Wahai rasulullah, kapankah Hari Kiamat itu?' Rasulullah SAW bersabda: 'Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang menanya. Apabila ada budak perempuan melahirkan majikannya, maka itulah satu di antara tandanya. Apabila ada orang yang semula miskin menjadi pimpinan manusia, maka itu termasuk di antara tandanya. Apabila orang-orang yang tadinya menggembalakan ternak saling berlomba memperindah bangunan, maka itu termasuk di antara tandanya. Ada lima hal yang hanya diketahui oleh Allah'.
- Kemudian Rasulullah SAW membaca surat Luqman ayat 34: "Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya saja lah pengetahuan tentang Hari Kiamat dan Dia lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim, dan tiada seorang pun dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok, dan tiada seorang pun dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal".
- Kemudian orang itu berlalu. Lalu Rasulullah SAW bersabda: 'Panggillah orang itu kembali!'. Para sahabat beranjak hendak memanggilnya, tetapi mereka tidak melihat sesuatu pun. Maka Rasulullah SAW bersabda: 'Itu tadi adalah Jibril, yang datang untuk mengajarkan kepada manusia tentang agama mereka'."
Ruang lingkup
Ihsan terbagi menjadi dua macam:Ihsan di dalam beribadah kepada Allah
Ihsan di dalam beribadah kepada Al-khaliq memiliki dua tingkatan[2]:- Kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, ini adalah ibadah dari seseorang yang mengharapkan rahmat dan ampunan-Nya. Dan keadaan ini merupakan tingkatan ihsan yang paling tinggi, karena dia berangkat dari sikap membutuhkan, harapan dan kerinduan. Dia menuju dan berupaya mendekatkan diri kepada-Nya.
- Jika kamu tidak mampu beribadah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu, dan ini ibadah dari seseorang yang lari dari adzab dan siksanya. Dan hal ini lebih rendah tingkatannya daripada tingkatan yang pertama, karena sikap ihsannya didorong dari rasa diawasi, takut akan hukuman.
Ihsan kepada makhluk ciptaan Allah
Berbuat ihsan kepada makhluk ciptaan Allah dalam empat hal, yaitu[3]:- Harta
- Kedudukan
- Ilmu
- Badan
Sebagai kata serapan
Dalam bahasa Indonesia, kata ihsan telah diserap dan memiliki turunan kata. Dalam bahasa Indonesia ihsan memiliki arti[4]:- Ihsan /ih·san/ Ar 1 a baik; 2 n derma dsb yg tidak diwajibkan.
- Ihsanat /ih·sa·nat/ n kebaikan; kebajikan
- Istihsan /is·tih·san/ n Isl pendapat yg berpegang pd kebaikan sesuatu bagi umat manusia sehingga apa yg dipandang baik boleh dikerjakan atau dipedomani
Referensi
- ^ Majmu fatawa (3/216-219); Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin.
- ^ Al-Qoulul Mufid Penjelasan tentang Tauhid; Muhammad Al-Wushobiy Al-Yamani Al-Abdali.
- ^ Majmu fatawa (3/216-219); Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin.
0 Response to "PENGERTIAN IHSAN DALAM ISLAM"
Post a Comment