Sanak
Kerabat
Sesungguhnya engkau
bersilatur rahim dan jujr dalam berbicara.
Beliau telah menunaikan hak yang paling agung, dan
kewajiban yang paling besar, beliau berziarah kepada ibunya yang telah
meninggalkan beliau ketika beliau berumur tujuh tahun.
Abu
Hurairah r.a berkata : Nabi Saw berziarah ke kubur ibunya, lalu beliau menangis
dan menjadikan orang-orang di sekelilingnya menangis, beliau bersabda :
“Aku minta izin kepada Tuhanku untuk memohonkan ampunan untuk
ibuku, namun aku tidak di beri izin, dan aku minta izin berziarah ke kuburnya,
maka aku diberi izin, maka berziarah kuburlah, karena ia mengingatkan kepada
kematian” (HR. Muslim)
Perhatikan kecintaan beliau kepada
kerabatnya, dan semangat beliau berdakwah kepada mereka agar mereka mendapat
petunjuk, untuk menyelamatkan mereka dari api neraka. Beliau telah mengalami
penderitaan dan kesulitan dalam hal ini.
Dari Abu Hurairah r.a berkata tatkala
turun ayat :
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِين
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”
(QS. As Syu’ara’ : 214)
Rasulullah
SAW memanggil bangsa Quraisy, lalu mereka berkumpul, kemudian beliau memanggil
mereka semua baik secara umum maupun secara khusus dan berkata :
“Wahai bani Abd Syams, wahai bani Ka’ab
bin Lu’ay, selamatkan dirimu dari neraka, wahai bani Murrah bin Ka’ab,
selamatkan dirimu dari neraka, wahai bani Abd manaf, selamatkan dirimu dari
neraka, wahai bani Abdul Mutthalib, selamatkan dirimu dari neraka, wahai
Fatimah, selamatkan dirimu dari neraka, aku tidak bisa menjamin kalian, kecuali
kalian hanya punya hubungan kerabat, saya akan tetap menyambungnya di dunia”
(HR. Muslim)
Rasulullah
SAW tidak pernah bosan dan tidak pernah kendor berdakwah kepada pamannya Abu
Thalib, beliau selalu berdakwah padanya berulang kali, sampai ketika ia
menjelang wafat, Rasulullah SAW datang kepadanya: tatkala Abu Thalib menjelang
wafat, Rasulullah SAW masuk menemuinya, di sisinya ada Abu Jahal dan Abdullah
bin Abi Umayyah, beliau berkata :
“Wahai paman!
Ucapkan:laa ilaa-ha illalLah, suatu kata yang bisa aku jadikan bukti di sisi
Allah, maka Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah berkata: wahai Abi Thalib,
apakah engkau akan meninggalkan agama Abdul Mutthalib? Keduanya terus berbicara
padanya hingga kata terakhir yang ia katakan kepada mereka adalah, bahwa ia
tetap pada agama Abdul Mutthalib”.
Maka Rasulullah SAW bersabda:
“Sungguh aku kan memohonkan ampunan bagimu selama aku tidak di larang”
Maka turunlah
ayat:
مَاكَانَلِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ امَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوالِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْكَانُواأُولِي قُرْبَىٰ مِنْ بَعْدِمَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَ نَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
“Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang beriman me-mintakan
ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu
adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi me-reka, bahwasannya orang-orang musyrik itu adalah penghuni
neraka jahanam”
(QS. At Taubah: 113)
Dan
turun ayat:
“Sesungguhnya engkau tidak bisa memberi petunjuk kepada orang
yang engkau cintai”
(HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim)
Rasulullah
SAW telah mengajaknya masuk islam di masa ia hidup berulang kali, dan pada saat-saat
akhir hayatnya, kemudian di sambung dengan permohonan ampunan baginya karena
bakti dan kesayangan beliau hingga turun ayat, maka beliau mendengarkan dan
mentaati, lalu berhenti mendoakan kerabatnya yang musyrik. Ini merupakan salah
satu contoh agung dari kesayangan beliau kepada umat, kemudian selain itu
merupakan salah satu contoh loyalitas kepada agama ini, serta berlepas diri
dari orang-orang kafir dan musyrik walaupun mereka sanak kerabatnya.
Nabi telah
datang kepada kami setelah putus asa dan lama
Tidak diutus
rasul, sedangkan berhala disembah di muka bumi
Maka beliau
menjadi pelita yang bersinar dan memberi petunjuk
Memancar
seperti kilauan pedang yang putih
Beliau
mengancam kami dengan neraka dan menjanjikan syurga
0 Response to "Suatu Hari Di Rumah Rasulullah: Sanak Keluarga "
Post a Comment