SUNAH YANG TERLUPAKAN
Tidaklah Islam itu kecuali kumpulan dari sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika semua sunnah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam baik aqidah, ibadah, akhlak, ucapan, perbuatan ataupun ketetapannya dikumpulkan (dilaksanakan) maka akan tergambarlah Islam yang sempurna. Sebaliknya ketika ummat Islam meninggalkan sunnah-sunnah beliau sedikit demi sedikit berarti Islam akan hilang sedikit demi sedikit. Sebagaimana dikatakan oleh ‘Abdullah Ad-Dailamiy, “Sesungguhnya pertama kali hilangnya agama (Islam) adalah dengan ditinggalkannya sunnah. Agama ini akan hilang sesunnah demi sesunnah sebagaimana lepasnya tali seutas demi seutas.” (Al-Lalika`iy 1/93 no.127, Ad-Darimiy 1/58 no.97 dan Ibnu Wadhdhah di dalam Al-Bida’ wan Nahyu ‘anha:73, lihat Lammud Duril Mantsuur minal Qaulil Ma`tsuur hal.21)
Karena itulah selayaknya bagi kita ummat Islam menghidupkan sunnah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan Islam itu sendiri. Dalam rangka menjaga sunnah agar tetap dikenal dan diamalkan di tengah-tengah masyarakat, yang dengannya Islam tetap eksis.
Walaupun tidak mungkin bagi kita untuk mengamalkan seluruh sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam secara utuh. Dikarenakan kelemahan yang ada pada diri kita. Akan tetapi yang diharapkan dan dituntut dari kita adalah kesemangatan dan upaya yang kuat untuk melaksanakannya. Meskipun amalan tersebut hukumnya mustahab/tidak wajib, tetap jangan sampai ditinggalkan. Semaksimal mungkin kita berusaha mengamalkannya dengan meminta pertolongan kepada Allah. Karena yang namanya mustahab itu bukan berarti untuk ditinggalkan akan tetapi dianjurkan untuk diamalkan.
Ada beberapa sunnah yang berupa do’a ataupun amalan yang mulai dilupakan oleh sebagian kaum muslimin. Atau terlupakan oleh mereka dikarenakan kesibukan yang terus-menerus membebani mereka. Seolah-olah mereka tidak ada waktu untuk mempelajari sunnah dan mengamalkannya.
Sebenarnya mereka mempunyai waktu untuk itu sebagaimana mereka punya waktu untuk dunia. Akan tetapi permasalahannya adalah kurangnya niat dan semangat mereka untuk mempelajari dan mengamalkan agamanya. Untuk itulah diperlukannya nasehat-menasehati antara yang satu dengan lainnya. Yang ingat mengingatkan kepada yang lalai. Dan yang mengetahui memberitahukan kepada yang tidak mengetahui. Sehingga terbentuklah masyarakat yang Islami.
Di antara sunnah-sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah adalah berdo’a. Di dalam berbagai kegiatan yang kita lakukan, disunnahkan bagi kita untuk membaca do’a/dzikir padanya. Di antaranya adalah:
1. Do’a Memakai Baju/Pakaian
Kaum muslimin, rahimakumullaah. Hendaklah setiap kali kita memakai baju, baik gamis, baju koko, jaket, kaos ataupun jenis baju lainnya, kita membaca:
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِيْ كَسَانِيْ هَذَا (الثَّوْبَ) وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ
مِنِّيْ وَلاَ قُوَّةٍ
“Segala puji bagi Allah yang telah memakaikan kepadaku pakaian ini dan
yang telah memberikan rizki pakaian ini kepadaku tanpa ada daya dan kekuatan
dariku.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidziy dan Ibnu Majah, lihat Irwaa`ul
Ghaliil 7/47)2. Do’a Memakai Baju Baru
Ketika kita memakai baju/pakaian yang baru maka disunnahkan untuk membaca:
اللَّهُمَّ
لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ كَسَوْتَنِيْهِ، أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِهِ وَخَيْرِ مَا
صُنِعَ لَهُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهِ وَشَرِّ مَا صُنِعَ لَهُ
“Ya Allah, segala puji hanya untuk-Mu. Engkau telah memakaikan pakaian
ini kepadaku. Aku meminta kepada-Mu akan kebaikannya dan kebaikan yang dibuat
untuknya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan yang
dibuat untuknya.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidziy dan Al-Baghawiy, lihat Mukhtashar
Syamaa`il At-Tirmidziy karya Asy-Syaikh Al-Albaniy hal.47)Kita meminta kepada Allah kebaikan pakaian dikarenakan pakaian itu bisa digunakan sebagai sarana untuk beribadah kepada-Nya. Sebaliknya kita meminta perlindungan dari kejelekannya karena pakaian itu bisa menjadi sebab berbuat durhaka kepada-Nya seperti adanya perasaan ‘ujub, sombong dan sejenisnya.
3. Mendo’akan Orang yang Memakai Baju Baru
Apabila kita melihat orang lain, saudara ataupun teman kita memakai baju baru, maka disunnahkan bagi kita untuk mendo’akannya. Adapun do’anya adalah:
تُبْلِي
وَيُخْلِفُ اللهُ تَعَالَى
“Semoga berumur panjang, dipakai sampai usang dan diganti dengan yang
lebih baik oleh Allah Ta’ala.” (HR. Abu Dawud 4/41, lihat Shahih Abu
Dawud 2/760)Atau membaca:
اِلْبَسْ
جَدِيْدًا، وَعِشْ حَمِيْدًا، وَمُتْ شَهِيْدًا
“Pakailah (pakaian) yang baru, hiduplah dengan terpuji, dan matilah
sebagai orang yang syahid.” (HR. Ibnu Majah 2/1178 dan Al-Baghawiy 12/41,
lihat Shahih Ibnu Majah 2/275)4. Do’a ketika Melepas Baju
Apabila kita melepas baju/pakaian, hendaklah kita membaca:
بِسْمِ
اللهِ
“Dengan nama Allah.” (HR. At-Tirmidziy 2/505 dan lainnya, lihat Irwaa`ul
Ghaliil no.49 dan Shahiihul Jaami’ 3/203)5. Do’a Masuk WC
Do’a masuk WC atau kamar mandi dan tempat-tempat sejenisnya dibaca sebelum masuk. Karena kita dilarang membaca Al-Qur`an, berdzikir, berdo’a atau membaca Asma`ul Husna di tempat yang kotor dan najis seperti WC.
Apabila kita akan masuk WC atau kamar mandi, maka ucapkanlah:
[بِسْمِ
اللهِ] اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ
“Dengan nama Allah. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari
(gangguan) syaithan laki-laki dan syaithan perempuan.” (HR. Al-Bukhariy
1/45 dan Muslim 1/283, dan tambahan basmalah di awalnya, itu diriwayatkan oleh
Sa’id bin Manshur, lihat Fathul Baari 1/244)6. Do’a Keluar dari WC
Apabila kita telah keluar dari WC atau kamar mandi, maka disunnahkan untuk membaca:
غُفْرَانَكَ
“(Aku memohon) ampunan-Mu.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidziy dan Ibnu
Majah, An-Nasa`iy di dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah, lihat takhrij Zaadul
Ma’aad 2/387)7. Dzikir Sebelum Wudhu`
Apabila kita mau berwudhu` maka bacalah:
بِسْمِ
اللهِ
“Dengan nama Allah.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad, lihat Irwaa`ul
Ghaliil 1/122)8. Dzikir Setelah Selesai Wudhu`
Apabila selesai dari wudhu` maka disunnahkan bagi kita untuk membaca:
أَشْهَدُ
أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
“Aku bersaksi bahwasanya tidak ada tuhan yang berhak diibadahi kecuali
Allah satu-satu-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwasanya
Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.” (HR. Muslim 1/209)Atau ditambah dengan membaca:
اللَّّهُمَّ
اجْعَلْنِيْ مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَاجْعَلْنِيْ مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ
“Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan
jadikanlah aku termasuk orang-orang yang selalu bersuci.” (HR.
At-Tirmidziy 1/78, lihat Shahih At-Tirmidziy 1/18)Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan keutamaannya, “Tidaklah salah seorang dari kalian berwudhu` lalu menyempurnakan wudhu`nya kemudian mengucapkan, “Aku bersaksi … .” kecuali akan dibukakan untuknya delapan pintu surga, dia akan masuk dari pintu manapun yang dia sukai.” (HR. Muslim 1/209)
9. Dzikir Keluar dari Rumah
Apabila kita keluar dari rumah maka disunnahkan untuk membaca:
بِسْمِ اللهِ
تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ
“Dengan nama Allah, aku hanya bertawakkal kepada Allah. Dan tidak ada
daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.” (HR. Abu Dawud 4/325
dan At-Tirmidziy 5/490, lihat Shahih At-Tirmidziy 3/151)
اللَّهُمَّ
إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ،
أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيْهِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu (jangan sampai) aku tersesat atau
disesatkan, tergelincir atau digelincirkan, berbuat zhalim atau dizhalimi,
berbuat kebodohan atau dibodohi.” (HR. Ash-haabus Sunan, lihat Shahih
At-Tirmidziy 3/152 dan Shahih Ibnu Majah 2/336)10. Dzikir Masuk Rumah
Berkata Al-Imam An-Nawawiy, “Disukai bagi seseorang apabila masuk ke rumahnya untuk mengucapkan bismillaah dan memperbanyak berdzikir kepada Allah serta mengucapkan salam. Sama saja, apakah di rumah ada orang ataupun tidak.”
Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,
فَإِذَا
دَخَلْتُمْ بُيُوتًا فَسَلِّمُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِنْ عِنْدِ
اللَّهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةً
“Maka apabila kalian memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini),
hendaklah kalian memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam)
kepada diri kalian sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi
berkah lagi baik.” (An-Nuur:61)Dan berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, “Wahai anakku! Apabila kamu masuk ke keluargamu maka ucapkanlah salam! Yang akan menjadi berkah bagimu dan bagi keluargamu.” (HR. At-Tirmidziy no.2841, hadits hasan dengan syawahidnya, lihat Shahih Kitab Al-Adzkaar wa Dha’iifuh 1/101)
Demikian juga sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apabila seseorang masuk ke rumahnya, lalu berdzikir kepada Allah (menyebut nama Allah) ketika memasukinya dan ketika makan, maka berkatalah syaithan, “Tidak ada tempat menginap (bermalam) bagi kalian (yakni teman-temannya dari bangsa jin-pent.) dan tidak ada makan malam.” Dan apabila dia masuk (ke rumahnya) lalu tidak menyebut nama Allah ketika memasukinya, maka berkatalah syaithan, “Kalian mendapatkan tempat menginap.” Dan apabila dia tidak menyebut nama Allah ketika makan, maka berkatalah syaithan, “Kalian mendapatkan tempat menginap dan makan malam.” (HR. Muslim no.2018 dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu)
Adapun do’a masuk rumah dengan lafazh, “Bismillaahi Walajnaa wa Billaahi Kharajnaa, … .” maka ini adalah hadits dha’if sebagaimana dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy dan Asy-Syaikh Salim. Lihat Shahih Kitab Al-Adzkaar wa Dha’iifuh 1/101-103.
11. Do’a Masuk Masjid
Apabila masuk masjid, maka kita disunnahkan untuk membaca shalawat dan salam kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam serta membaca do’a. Bacaannya sebagai berikut:
أَعُوْذُ
بِاللهِ الْعَظِيْمِ وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيْمِ مِنَ
الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
“Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Agung dan dengan Wajah-Nya Yang
Maha Mulia serta dengan Kekuasaan-Nya Yang Abadi dari (gangguan) syaithan yang
terkutuk.” (HR. Abu Dawud, lihat Shahiihul Jaami’ no.4591)
بِسْمِ اللهِ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، اللَّهُمَّ افْتَحْ لِيْ
أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ
“Dengan nama Allah, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ya Allah, bukakanlah untukku
pintu-pintu rahmat-Mu.” (HR. Ibnus Sunniy no.88, Abu Dawud 1/126 dan
Muslim 1/494)12. Do’a Keluar dari Masjid
Apabila keluar dari masjid hendaklah kita mengucapkan:
بِسْمِ اللهِ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ
مِنْ فَضْلِكَ، اللَّهُمَّ اعْصِمْنِيْ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
“Dengan nama Allah, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon
kepada-Mu akan karunia-Mu. Ya Allah, peliharalah aku dari (gangguan) syaithan
yang terkutuk.” (Lihat keterangan do’a no.11, lafazh do’a terakhir
dikeluarkan oleh Ibnu Majah, lihat Shahih Ibnu Majah 1/129)Semoga Allah ‘Azza wa Jalla selalu memberikan rahmat dan taufiq-Nya kepada kita semua sehingga bisa mengamalkan apa-apa yang dicintai dan diridhai-Nya. Aamiin. Wallaahu A’lam.
Maraaji’: Lammud Duril Mantsuur minal Qaulil Ma`tsuur, Hishnul Muslim min Adzkaaril Kitaab was Sunnah karya Asy-Syaikh Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al-Qahthaniy dan Shahih Kitab Al-Adzkaar wa Dha’iifuhu.
13. Dzikir-Dzikir Adzan
(1). Membaca seperti apa yang diucapkan muadzdzin kecuali pada kalimat “hayya ‘alash shalaah” dan “hayya ‘alal falaah” maka mengucapkan:
لاَحَوْلَ
وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ.
(HR. Al-Bukhariy 1/152 dan Muslim 1/288)(2). Mengucapkan:
وَأَنَا
أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُوْلاً،
وَبِالإِسْلاَمِ دِيْنًا
“Aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah
semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bahwasanya Muhammad itu adalah hamba dan
utusan-Nya. Aku ridha Allah sebagai Rabb, aku ridha Muhammad sebagai Rasul dan
aku ridha Islam sebagai agamaku.” (HR. Muslim 1/290)Dzikir ini diucapkan setelah muadzdzin mengucapkan tasyahhud (dua kalimat syahadat: asyhadu allaa ilaaha illallaah, asyhadu anna muhammadar rasuulullaah). (HR. Ibnu Khuzaimah 1/220)
(3). Bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah selesai menjawab adzan (yakni setelah muadzdzin selesai adzan). (HR. Muslim 1/288)
(4). Berdo’a setelah selesai menjawab adzan:
اللَّهُمَّ
رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ، وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ، آتِ مُحَمَّدًا
الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ، وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِيْ
وَعَدْتَهُ
“Ya Allah, Rabb Pemilik seruan yang sempurna ini dan Rabb shalat yang
ditegakkan ini. Berilah kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam wasilah
(kedudukan dan derajat yang mulia) dan keutamaan, dan bangkitkanlah dia pada
kedudukan yang terpuji yang telah Engkau janjikan kepadanya.”Tentang keutamaannya maka disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang mengucapkan do’a ini ketika (selesai) mendengar adzan, maka halal baginya syafa’atku pada hari kiamat”. (HR. Al-Bukhariy 1/152 no.614)
Suatu keutamaan yang besar! Selayaknya bagi kita untuk tidak melewatkannya. Ketika mendengar seruan adzan maka konsentrasikanlah untuk menjawabnya. Jangan tersibukkan oleh urusan lain kecuali urusan yang sifatnya darurat. Setelah selesai adzan, berdo’alah dengan do’a tersebut, niscaya di hari kiamat kita akan mendapatkan syafa’atnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Disebutkan bahwa salah seorang ‘ulama besar abad ini sedang menerima telepon. Ketika terdengar seruan adzan, beliau rahimahullah mengatakan kepada sang penelpon, “Maaf, saya akan menjawab adzan dulu, nanti pembicaraannya dilanjutkan lagi.”
Suatu tauladan yang mulia yang patut untuk ditiru.
Adapun tambahan “innaka laa tukhliful mii’aad” adalah tambahan yang syaadz (menyelisihi hadits yang lebih shahih), lihat Al-Kalimuth Thayyib dengan takhrijnya oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy dan lainnya.
(5). Berdo’a untuk dirinya antara adzan dan iqamah, karena sesungguhnya berdo’a ketika itu tidak akan ditolak. (HR. Abu Dawud, At-Tirmidziy dan Ahmad, lihat Irwaa`ul Ghaliil 1/262)
14. Dzikir-Dzikir Menjelang Tidur
(1). Mengumpulkan kedua telapak tangannya kemudian meniup keduanya lalu membaca surat Al-Ikhlaash, Al-Falaq dan An-Naas. Kemudian mengusap badannya semampunya dengan kedua tangannya, dimulai dari kepalanya, wajahnya dan bagian depan dari badannya. Hal ini dilakukan tiga kali. (HR. Al-Bukhariy bersama Fathul Baarii 9/62 dan Muslim 4/1723)
(2). Membaca ayat kursi. Barangsiapa yang membacanya ketika dia merebahkan dirinya di tempat tidurnya maka sesungguhnya akan senantiasa ada baginya dari sisi Allah yang akan menjaganya dan syaithan tidak akan mendekatinya sampai subuh. (HR. Al-Bukhariy bersama Fathul Baarii 4/487)
(3). Membaca surat Al-Baqarah:285-286 (dua ayat terakhir). Barangsiapa yang membaca dua ayat ini pada malam hari maka dua ayat ini akan mencukupinya. (HR. Al-Bukhariy bersama Fathul Baarii 9/94 dan Muslim 1/554)
(4). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian bangkit dari tempat tidurnya kemudian kembali lagi maka kibasilah (bersihkanlah) tempat tidurnya tersebut dengan ujung kain/sarungnya tiga kali dan sebutlah nama Allah. Karena sesungguhnya dia tidak tahu apa yang menggantinya setelah dia meninggalkannya. Dan apabila dia berbaring (hendak tidur) maka ucapkanlah:
بِاسْمِكَ
رَبِّيْ وَضَعْتُ جَنْبِيْ، وَبِكَ أَرْفَعُهُ، فَإِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِيْ
فَارْحَمْهَا، وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا فَاحْفَظْهَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ
الصَّالِحِيْنَ
“Dengan nama-Mu, Ya Tuhanku, aku meletakkan lambungku, dan dengan
nama-Mu pula aku mengangkatnya. Maka jika Engkau menahan jiwaku (ruhku) maka
rahmatilah dia. Dan jika Engkau melepaskannya maka jagalah dia dengan sesuatu
yang Engkau jaga dengannya hamba-hamba-Mu yang shalih.” (HR. Al-Bukhariy
11/126 dan Muslim 4/2084)(5). Membaca:
اللَّهُمَّ
إِنَّكَ خَلَقْتَ نَفْسِيْ وَأَنْتَ تَوَفَّاهَا، لَكَ مَمَاتُهَا وَمَحْيَاهَا،
إِنْ أَحْيَيْتَهَا فَاحْفَظْهَا، وَإِنْ أَمَتَّهَا فَاغْفِرْ لَهَا، اللَّهُمَّ
إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau telah menciptakan jiwaku (ruhku) dan
Engkaulah yang mewafatkannya. Milik Engkaulah mati dan hidupnya. Jika Engkau
menghidupkannya maka jagalah dia dan jika Engkau mematikannya maka ampunilah
dia. Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu keselamatan.” (HR.
Muslim 4/2083 dan Ahmad 2/79, dan lafazh hadits ini miliknya)(6). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila ingin tidur maka beliau meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya kemudian membaca:
اللَّهُمَّ
قِنِيْ عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ
“Ya Allah, lindungilah aku dari ‘adzab-Mu pada hari Engkau membangkitkan
hamba-hamba-Mu.” Dibaca tiga kali. (HR. Abu Dawud 4/311 dan ini lafazhnya,
lihat Shahih At-Tirmidziy 3/143)(7). Membaca:
بِاسْمِكَ
اللَّهُمَّ أَمُوْتُ وَأَحْيَا
“Dengan nama-Mu, Ya Allah, aku mati dan aku hidup.” (HR.
Al-Bukhariy bersama Fathul Baarii 11/113 dan Muslim 4/2083)(8). Membaca Subhaanallaah 33x, Alhamdulillaah 33x dan Allaahu Akbar 34x. Barangsiapa yang mengucapkannya ketika merebahkan diri di tempat tidurnya maka hal ini lebih baik baginya daripada seorang pembantu. (HR. Al-Bukhariy bersama Fathul Baarii 7/71 dan Muslim 4/2091)
(9). Membaca:
اللَّهُمَّ
رَبَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ، رَبَّنَا وَرَبَّ
كُلِّ شَيْءٍ، فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى، وَمُنْزِلَ التَّوْرَاةِ
وَالإِنْجِيْلِ وَالْفُرْقَانِ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ شَيْءٍ، أَنْتَ
آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ اللَّهُمَّ أَنْتَ الأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْء،
وَأَنْتَ الآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ
فَوْقَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُوْنَكَ شَيْءٌ، اِقْضِ عَنَّا
الدَّيْنَ وَأَغْنِنَا مِنَ الْفَقْرِ
“Ya Allah, Rabbnya langit yang tujuh dan Rabbnya ‘arsy yang agung. Rabb
kami dan Rabbnya segala sesuatu, Yang membelah biji-bijian dan biji kurma. Yang
menurunkan Taurat, Injil dan Al-Qur`an. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan
segala sesuatu. Engkaulah Yang memegang ubun-ubunnya. Ya Allah, Engkaulah Yang
Awwal maka tidak ada sesuatu pun yang sebelum-Mu. Dan Engkaulah Yang Akhir maka
tidak ada sesuatu pun yang setelah-Mu. Dan Engkaulah Yang Zhahir (Maha Tinggi)
maka tidak ada sesuatu pun yang ada di atas-Mu. Dan Engkaulah Yang Bathin (Maha
Dekat) maka tidak ada sesuatu pun yang lebih dekat daripada-Mu. (Ya Tuhanku)
lunasilah hutang kami dan cukupilah kami dari kemiskinan.” (HR. Muslim
4/2084)(10). Membaca:
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِيْ أَطْعَمَنَا وَسَقَانَا، وَكَفَانَا، وَآوَانَا، فَكَمْ مِمَّنْ
لاَ كَافِيَ لَهُ وَلاَ مُؤْوِيَ
“Segala puji hanya bagi Allah yang telah memberi kami makan, dan yang
telah memberi kami minum, yang telah mencukupkan kami dan yang telah melindungi
kami. Karena berapa banyak orang yang tidak mempunyai yang mencukupinya dan
yang melindunginya.” (HR. Muslim 4/2085)(11). Membaca:
اللَّهُمَّ
عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ، رَبَّ كُلِّ
شَيْءٍ وَمَلِيْكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوْذُ بِكَ
مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَنْ أَقْتَرِفَ
عَلَى نَفْسِيْ سُوْءًا، أَوْ أَجُرَّهُ إِلَى مُسْلِمٍ
“Ya Allah, Yang mengetahui perkara ghaib dan yang nampak, Pencipta
langit dan bumi, Rabbnya segala sesuatu dan Yang memilikinya. Aku bersaksi
bahwasanya tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Engkau. Aku berlindung
kepada-Mu dari kejahatan diriku dan dari kejahatan syaithan dan sekutunya. Dan
jangan sampai aku menjerumuskan diriku ke dalam kejelekan atau menimpakannya
kepada seorang muslim.” (HR. Abu Dawud 4/317 dan At-Tirmidziy, lihat Shahih
At-Tirmidziy 3/142)(12). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kamu ingin pergi ke tempat tidur maka berwudhu`lah sebagaimana kamu berwudhu` untuk shalat. Kemudian berbaringlah di sebelah sisimu yang kanan lalu ucapkanlah:
اللَّهُمَّ
أَسْلَمْتُ نَفْسِيْ إِلَيْكَ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِيْ إِلَيْكَ، وَوَجَّهْتُ
وَجْهِيْ إِلَيْكَ، وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِيْ إِلَيْكَ، رَغْبَةً وَرَهْبَةً
إِلَيْكَ، لاَ مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إِلاَّ إٍلَيْكَ، آمَنْتُ
بِكِتَابِكَ الَّذِيْ أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِيْ أَرْسَلْتَ
“Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepada-Mu dan aku memasrahkan urusanku
kepada-Mu. Dan aku hadapkan wajahku kepada-Mu dan aku sandarkan punggungku
kepada-Mu, dalam keadaan harap dan cemas hanya kepada-Mu. Tidak ada tempat
berlindung dan menyelamatkan diri dari (siksa)Mu kecuali hanya kepada-Mu. Aku
beriman kepada kitab-Mu yang telah Engkau turunkan dan (aku beriman) kepada
Nabi-Mu yang telah Engkau utus.” Rasulullah menyatakan kepada orang yang mengucapkan do’a ini: “Jika kamu mati maka kamu mati di atas fithrah (Islam).” (HR. Al-Bukhariy bersama Fathul Baarii 11/113 dan Muslim 4/2081)
(13). Membaca surat As-Sajdah dan Al-Mulk. (HR. At-Tirmidziy dan An-Nasa`iy, lihat Shahiihul Jaami’ 4/255)
Do’a-do’a menjelang tidur ini jika tidak mampu dibaca semua maka bacalah semampunya.
15. Do’a ketika Berbolak-balik (di Pembaringan) di Malam Hari
Ketika kita sedang tidur di malam hari kemudian badan kita berbolak-balik ke kanan dan ke kiri, maka hendaklah kita mengucapkan:
لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ، رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَا
بَيْنَهُمَا الْعَزِيْزُ الْغَفَّارُ
“Tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah, Yang Esa lagi Maha
Perkasa. Rabbnya langit dan bumi serta semua yang ada di antara keduanya, Dzat
Yang Maha Mulia lagi Maha Pengampun.” (HR. Al-Hakim, lihat Shahiihul
Jaami’ 4/213)16. Do’a ketika Tersentak dalam Tidur dan Orang yang Dihinggapi Rasa Kesepian
Hendaklah dia membaca:
أَعُوْذُ
بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ غَضَبِهِ وَعِقَابِهِ وَشَرِّ عِبَادِهِ
وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِيْنِ وَأَنْ يَحْضُرُوْنَ
“Aku berlindung dengan kalimat (firman) Allah yang sempurna dari
kemurkaan dan siksaan-Nya serta dari kejahatan hamba-hamba-Nya dan dari
bisikan-bisikan syaithan, serta apabila mereka datang (yakni berlindung dari
kedatangan mereka dari kalangan syaithan).” (HR. Abu Dawud 4/12, lihat Shahih
At-Tirmidziy 3/17117. Amalan dan Do’a ketika Melihat Mimpi Buruk dan Mimpi Kosong (Mimpi yang Tidak Bisa Ditafsirkan)
(1). Hendaklah dia meludah ringan ke arah kirinya tiga kali. Berlindung kepada Allah dari godaan syaithan dan (berlindung) dari kejelekan apa yang dilihatnya, tiga kali. (HR. Muslim 4/1772, 1773)
(2). Tidak menceritakannya kepada siapapun. (HR. Muslim 4/1772)
(3). Mengubah/Berpindah dari posisi tidur sebelumnya. (HR. Muslim 4/1773)
(4). Hendaklah dia bangkit untuk melakukan shalat kalau dia mau. (HR. Muslim 4/1773)
18. Dzikir-Dzikir ketika Bangun Tidur
Ketika bangun tidur hendaklah kita membaca:
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرُ
“Segala puji hanya bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah
mematikan kami, dan hanya kepada-Nya (kami) dikumpulkan.” (HR. Al-Bukhariy
bersama Fathul Baarii 11/113 dan Muslim 4/2083
لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ
الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ، رَبِّ اغْفِرْلِيْ
“Tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah satu-satu-Nya, tidak ada
sekutu bagi-Nya. Milik-Nya kerajaan dan milik-Nya segala puji dan Dia Maka
Kuasa atas segala sesuatu. Maha Suci Allah, dan segala puji hanya milik Allah,
dan tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah, dan Allah Maha Besar. Dan
tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi
lagi Maha Agung. Ya Tuhanku, ampunilah aku.”Siapa yang mengucapkannya maka akan diampuni (dosa-dosanya), dan jika berdo’a maka akan dikabulkan dan jika dia bangkit lalu berwudhu` kemudian shalat maka akan diterima shalatnya. (HR. Al-Bukhariy bersama Fathul Baarii 3/39 dan lainnya)
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِيْ عَافَانِيْ فِيْ جَسَدِيْ وَرَدَّ عَلَيَّ رُوْحِيْ وَأَذِنَ
لِيْ بِذِكْرِهِ
“Segala puji hanya bagi Allah yang telah memberi keselamatan kepadaku
dalam jasadku dan yang telah mengembalikan ruhku kepadaku dan yang telah
mengizinkanku untuk berdzikir/mengingat-Nya.” (HR. At-Tirmidziy 5/473,
lihat Shahih At-Tirmidziy 3/144)Dan membaca surat Aali ‘Imraan:190-200. (HR. Al-Bukhariy bersama Fathul Baarii 8/237 dan Muslim 1/530)
Semoga Allah selalu membimbing kita ke jalan yang lurus. Aamiin. Wallaahu A’lam.
Maraaji’: Hishnul Muslim min Adzkaaril Kitaab was Sunnah karya Asy-Syaikh Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al-Qahthaniy, Buluughul Maraam dan Al-Kalimuth Thayyib.
0 Response to "SUNAH YANG TERLUPAKAN-(renungan)"
Post a Comment